Selasa, 13 September 2011

Terumbu Karang Diperkirakan Musnah 30 Tahun ke Depan





Perubahan iklim, penyebaran zat kimia berbahaya di laut yang disertai oleh penangkapan ikan berlebih, pembangunan di kawasan pesisir pantai, dan juga polusi, akan menghancurkan terumbu karang setidaknya dalam waktu 30 tahun ke depan.

Sebagai gambaran, bleaching, atau kasus memutihnya terumbu karang dari aslinya yang berwarna warni cerah akibat perubahan iklim yang terjadi di Samudera India pada tahun 1998 lalu telah menghancurkan 16 persen terumbu karang dunia dalam waktu beberapa pekan saja.

“Kita telah menghapus banyak spesies dalam beberapa tahun belakangan. Namun kali ini, untuk pertama kalinya kita akan benar-benar mengeliminasi seluruh ekosistem,” sebut Peter Sale, ekolog kelautan dari United Nations University dalam bukunya Our Dying Planet: An Ecologist’s View of the Crisis We Face yang baru dipublikasikan.

Meski hanya menguasai luas sebesar 0,1 persen dari seluruh kawasan samudera, namun terumbu karang merupakan bagian yang sangat penting karena keanekaragaman mereka yang sangat luar biasa, jauh lebih kaya dibandingkan dengan keanekaragaman makhluk hidup di hutan hujan.

Sayangnya, terumbu karang juga sangat ringkih, dan sedikit pun perubahan yang terjadi di samudera akan menyebabkan ganggang yang merupakan makanan karang tersebut menjadi musnah. Dan meski ada mikroorganisme karang kecil yang mampu bertahan akibat kehancuran total terumbu karang, hilangnya terumbu karang seringkali menjadi sinyal akan timbulnya kejadian pemusnahan massal. “Hilangnya spesies yang saat ini terjadi dalam berbagai sisi sama dengan kejadian pemusnahan massal yang terjadi di masa lalu,” ucap Sale.

Sumber:

Pencairan Es Kutub Utara Dekati Rekor



Pencairan es di kutub utara tahun ini sangat cepat, mendekati rekor tertinggi yang terjadi pada tahun 2007. Demikian hasil pengamatan Roshydromet, lembaga lingkungan hidup dari Rusia.

Dilaporkan pada Kamis (4/8/2011), jumlah wilayah yang tertutup es sudah berkurang 50 persen dari rata-rata. Jumlah es saat ini sekitar 2 juta kilometer persegi, di bawah rata-rata dari 1979 sampai 2000.

Luas es yang terukur bahkan jauh di bawah luas laut Rusia di bagian kutub utara, seperti Laut Kara (56 persen), Laut Laptev (40 persen), Laut Chukchi (35 persen), dan Laut Timur Siberia (14 persen). Es dikatakan hanya menutupi area sekitar 6,8 miliar kilometer persegi.

Para peneliti menyatakan, mencairnya kutub utara merupakan efek perubahan iklim global yang terjadi dengan intensitas bervariasi setiap tahun. Mereka juga menemukan, tahun ini es mulai mencair antara dua minggu dan dua bulan lebih awal dari biasa. Hal ini menandakan, jumlah keseluruhan es yang mencair sepanjang tahun bisa jadi lebih besar.(National Geographic Indonesia/Gloria Samantha).

Sumber:KOMPAS.com

Awas, Ada Rongsokan Satelit Akan Jatuh ke Bumi



Badan antariksa AS, NASA, memberikan peringatan bahwa satelit The Upper Atmosphere Research Satellite (UARS) yang sudah mati akan jatuh ke bumi dalam enam minggu ke depan ini. Kendati begitu, NASA belum bisa memprediksi tanggal yang tepat mengenai jatuhnya satelit ini.

UARS adalah satelit yang diluncurkan pada 15 September 1991 oleh pesawat luar angkasa Discovery dan diperkirakan masuk bumi pada akhir bulan ini atau awal Oktober mendatang. Satelit ini sudah tidak berfungsi sejak 14 Desember 2005 dan pada dasarnya didesain untuk misi selama tiga tahun.

Satelit ini memiliki panjang 11 meter dan diameter mencapai 4,5 meter. Seperti dikutip dari TG Daily, meski satelit ini akan menjadi potongan-potongan terpisah saat masuk ke bumi, tidak semua bagian terbakar di atmosfer. UARS mengandung senyawa kimia. Sejauh ini, UARS diprediksi akan jatuh antara Kanad dan Amerika Selatan.

Risiko menyangkut keselamatan publik dan beberapa bangunan yang mungkin terkena reruntuhan dari UARS sangat tinggi. NASA mengimbau agar pihak-pihak yang menemukan potongan satelit dari ruang angkasa ini menghindar. Semua pihak pun diminta proaktif melaporkan kepada yang berwajib jika menemukan potongannya.

Data terbaru menunjukkan, UARS mengorbit 155 sampai 280 kilometer dengan kemiringan 57 derajat ke arah khatulistiwa. NASA memperkirakan bangkai satelit ini akan mendarat pada suatu tempat antara 57 derajat khatulistiwa ke arah selatan dan 57 derajat ke arah utara.

Apabila benda ini tidak terbakar di atmosfer, akan menimbulkan kerusakan dan kehancuran yang sangat parah terhadap beberapa bangunan di bumi. (National Geographic Indonesia/Olivia Lewi Pramesti)

Sumber : KOMPAS.com